Tahun 2009 segera berakhir, 2010 menjelang. Tanpa disadari, waktu terus berganti. Padahal, dibalik pergantian tahun itu, bangsa Indonesia tengah menghadapi persoalan serius. Jika dibiarkan, persoalan ini akan menimbulkan masalah besar pada jangka panjang.
Bahkan, persoalan tersebut nyata ada di depan mata. Ironisnya, ini belum disadari oleh pemerintah dan masyarakat pada umumnya. Akibatnya, masalah ini terus berlarut-larut sehingga merugikan Indonesia.
Salah satu fenomena yang menonjol itu adalah semakin kuatnya kecenderungan orang pintar Indonesia yang mendapat gelar doktor dari luar negeri, memilih tinggal dan bekerja di luar negeri. Mereka adalah doktor-doktor terbaik lulusan Yale, Cranfield, Stanford, MIT dan lain-lain. Umumnya mereka bergelut di bidang ilmu eksakta dan engineering seperti teknik, fisika, matematika komputer, dan sejenisnya.
Tahun 2007 saja sekitar 20-an doktor Indonesia lulusan luar negeri memilih bekerja di Malaysia, 3 orang bekerja di Brunei, dan sekitar 5 orang di Singapura. Setiap tahun Depdinkas dibanjiri permintaan para doktor yang sudah selesai ikatan dinas untuk diizinkan bekerja di luar negeri. Padahal untuk “mencetak” seorang doktor di perguruan tinggi bergengsi di luar negeri, biaya yang dibutuhkan lebih dari $30 ribu per tahun.
Ada beberapa alasan mengapa eksodus terjadi:
Pertama, Remunerasi. PTN tempat mereka bekerja sebelumnya tidak mampu memberikan remunerasi yang layak. Sementara gaji mereka di Malaysia sekitar Rp 50 juta per bulan, belum termasuk fasilitas perumahan dan pendidikan gratis untuk anak mereka.
Kedua, Tantangan pengembangan ilmu. Banyak dari mereka yang butuh situasi kerja yang benar-benar membawa tantangan. Mereka ingin sekali agar ilmu yang mereka dapatkan benar-benar dapat didayagunakan secara optimal. Malaysia dan negara lain mampu menghadirkan hal tersebut, salah satu contohnya adalah Malaysia saat ini telah mengembangkan Pusat Biotech Valley di Petaling Jaya, Kuala Lumpur, semacam Silicon Valley di Amerika Serikat.
Indonesia juga terancam kehilangan generasi cerdas dan brilian, karena sebagian besar anak-anak cerdas peraih penghargaan olimpiade sains internasional memilih menerima tawaran belajar dari berbagai universitas di luar negeri, terutama Singapura.
Pemerintah hanya memberikan fasilitas masuk perguruan tinggi negeri tanpa tes dan siswa bersangkutan dijanjikan akan diberikan beasiswa. Sementara Singapura lebih agresif dengan memburu siswa-siswa brilian ke sejumlah sekolah di Indonesia lewat agen yang tersebar di sejumlah kota, seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan.
Siswa-siswa brilian itu dijanjikan fasilitas yang menggiurkan. Selain beasiswa, siswa cerdas juga ditawari subsidi biaya kuliah (tuition grant) dari Pemerintah Singapura sebesar 15.000 dollar Singapura (sekitar Rp 112,5 juta per tahun), atau pinjaman bank tanpa agunan untuk biaya kuliah. Jika siswa mengambil pinjaman bank, cicilan pinjamannya dibayar setelah mereka bekerja.
Sekitar 250-300 siswa cerdas Indonesia setiap tahun pergi ke Singapura untuk kuliah di perguruan tinggi seperti Nanyang Technological University, National University of Singapore, dan Singapore Management University. Dari total pelajar dan mahasiswa Indonesia di Singapura sebanyak 18.341 orang, sekitar 5.448 orang di antaranya sedang mengambil S-1, S-2, dan S-3 di berbagai program studi. Singapura menargetkan merekrut 150.000 mahasiswa asing hingga tahun 2015.
Harus ada kebijakan terobosan untuk mempertahankan siswa-siswa cerdas dan brilian tetap menjadi aset Indonesia. Mereka memang perlu mengembangkan ilmu ke berbagai universitas terkemuka di dunia, namun harus diciptakan kondisi yang mendukung agar mereka bergairah kembali ke Tanah Air untuk mengabdikan ilmunya untuk kemajuan bangsa Indonesia.
Penulis:
Said Didu adalah Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia dan Sekretaris Menteri Negara BUMN. Analisis ini disarikan dari pidato Said Didu di acara Persatuan Insinyur Indonesia di Jakarta pada 21 Desember 2009
Sumber: Vivanews
22 responses to “Memprihatinkan, Para Sarjana Cerdas Indonesia Tidak Mau Kembali Ke Tanah Air, Kenapa?”
Tempat Pulsa Murah
April 21st, 2010 pukul 08:24
benar-benar memprihatinkan…
silver fashion jewelry
April 21st, 2010 pukul 09:58
seharusnya mereka bisa berpikir bahwa negara kita juga butuh orang2 pintar yg bisa memajukan bangsa dunx.
Amri MF
April 23rd, 2010 pukul 18:09
jangan salahkan mereka, pemerintahlah yang bertanggung jawab seharusnya
para pahlawan Indonesia aja gak dihormati di negeri sendiri kok, misalnya pemenang olimpiade sains, hadiahnya cuma salaman ma pak presiden, selebihnya udah gak dipake lagi
pejabat
April 21st, 2010 pukul 10:19
Pantas aja indonesia ga maju2…..
Universitas Surabaya Kampus Hijau
April 21st, 2010 pukul 14:28
Gimana Indonesia mau maju kalo kayak gini…T.T
Anton
April 21st, 2010 pukul 16:06
kenapa mereka tidak ingin bekerja di indonesia?
karena mereka digaji sangat kecil
nuharuddin
April 22nd, 2010 pukul 11:50
mereka semua tidak mau kembali ke indonesia karena negara ini hanya menggunakan orang yg bisa diajak kerjasama dalam hal mencuri dan korupsi doank…
kalo mereka pintar karena mereka ingin menjadi org yg lebih baik dan berguna. bukannya membodohi orang lain dan menipu.
ingat orang pintar itu baik, tapi kalau pintar dan hatinya busuk itu berbahaya.
doli
April 22nd, 2010 pukul 17:51
wah parah, pantesan gak maju-maju negara ini
adelia
April 22nd, 2010 pukul 21:02
Pantes aja tambah lama indonesia bukannya tambah maju ….tapi tambah mundur….dan lama2 hancur…..mereka semua yang pintar – pintar lari keluar negeri…..kenapa…..di sini ilmu mereka nggak dihargai dengan pantas sih…….kita semua pasti paham maksudnya…
iwan
April 22nd, 2010 pukul 21:11
haa…..ha…..
choirul laskar oranye
April 23rd, 2010 pukul 05:54
dia smua pda gak ad jiwa nasionalisme yg tinggi. tpi cma brpikir pngen dpt gaji yg bsar. pdahal negara kita bnyak butuh pra sarjana yg pngalaman n brjiwa nasionalisme. tanpa mementingkan diri sndri. dan scra ikhlas ingin membangun bangsa.
wain
April 23rd, 2010 pukul 09:25
pintar untuk hal berguna atw mngoptimalkan ilmunya??bodoh.bagiku mreka adalah bodoh.mreka hanya tidak mau digaji kecil di negara kita.klo memang mreka orang indonesia,mngapa mreka tidak mempergunakan ilmu2 mreka klo pngen ilmunya berguna utk smw orang.toh,itukan buat kmajuan bangsa kita sendiri.biar bngsa kita bisa bertambah maju.dasar bodoh.
zeketyler
April 23rd, 2010 pukul 12:20
Anda-anda yang menyalahkan sarjana tersebut, mari berpikir lebih realistis dan posisikan diri sebagai sarjana tersebut. Apakah Anda akan menolak digaji sekitar 50 juta perbulan + fasilitas perumahan + pendidikan gratis untuk anak Anda? Di tengah kondisi yang sulit seperti sekarang ini, tawaran tersebut tentu hal yang sangat pantas dijadikan pertimbangan. Yang perlu bangsa ini lakukan adalah membuat orang-orang yang dirasa cukup berguna merasa senyaman mungkin sehingga mereka betah di Indonesia.
kaltor
April 23rd, 2010 pukul 14:24
ya iyalah…kerja di luar negeri enak, duitnya banyak, kesejahteraan terjamin, hasil karya nya dihargai….emg bisa di Indonesia ngedapetin hidup enak kyk gt….gak bakalan bisa kaleee
firdausfarisqi
April 23rd, 2010 pukul 14:57
sayang banget ya jika SDM yang sangat berkualitas itu ternyata justru dinikmati oleh bangsa lain
Abdul Gofur
April 23rd, 2010 pukul 19:56
Indonesia kapan ya jadi surga untuk rakyatnya ? Penuh dengan kesulitan… mengecewakan…
Zein
April 23rd, 2010 pukul 22:53
Yahh….gimana bisa mberikan fasilitas luar biasa buat para siswa cerdasnya..wong uang negara dah dirampas para koruptor & para wakil rakyat kebanyakan cm haus kekuasaan..mana mikir sampe situ?
ulfah
April 24th, 2010 pukul 04:57
ya gmn yua… fasilitas&kesempatan bwt di negara z kurang. pantesan bnyak yg hengkang
prihatin euy..lw uwe lulus nanti lom tentu jg balik ke negara asal, tp mudah2an bs balik& indonesia makin maju, amien..
yani
Juni 23rd, 2010 pukul 15:45
gak pa pa bagi yang tidak mau kembali ke Indonesia, masih banyak yang pintar. kalo hanya alasan uang dan harta gak cukup untuk dikejar saya pun ditawar kerja di LN, namun saya lebih suka di kampung saya di Indonesia. I LOVE INDONESIA
alief
Agustus 11th, 2010 pukul 14:49
Ini kesalahan pemerintah, andai saja anak2 indonesia dengan super brain diberi penghargaan, psti mrka mau bertahan di sini, ini bisa kita lihat dgn contoh
Juara kontes tarik suara nasional diberi hadiah 100 juta rupiah
Praih medali emas olimpiade internasional diberi hadiah 10 juta rupiah
Apa kata dunia???
alief
Agustus 11th, 2010 pukul 14:51
Jangan salahkan mereka!!!
Elliver
Februari 19th, 2011 pukul 13:30
Hellow